PELATIHAN AMT DAN DESAIN UKIRAN >>>> yang dilaksanakan oleh DINAS PERINDAG PROVINSI SULSEL bekerja sama dengan DINAS PERINDAG TANA TORAJA dan DINAS PERINDAGKOP TORAJA UTARA >>>> bertempat di RANTEPAO LODGE dan SMK 1 SANGGALANGI dari TGL. 07 S/D 12 MEI 2012A
Kamis, 17 Mei 2012
Selasa, 08 Mei 2012
Materi AMT : Inspirasi Kisah Wortel, Telur, dan Kopi
MATERI ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT)
Disampaikan Pada Pelatihan AMT dan Desain Ukiran di Rantepao Lodge
Program Manajemen pelatihan dan pengembangan dapat dikatakan sebagai suatu proses yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari suatu lembaga. Peningkatan kualitas SDM sebagai salah satu cara meningkatkan kualitas organisasi atau lembaga. Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT) sebuah program pelatihan untuk pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan motivasi berprestasi pesertanya. Jadi yang dikembangkan oleh Achievement Motivation Training (AMT) adalah motivasi berprestasi-nya. Tujuan Achievement Motivation Training (AMT) ini bukan menilai kepribadian pesertanya, akan tetapi untuk membantu mengembangkan motif berprestasi pesertanya. Adapun Materi AMT yang di Paparkan kepada peserta yaitu Materi Motivasi Inspirasi Kisah Wortel, Telur, dan Kopi :
Inilah Kisahnya........................................
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.” “Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.” “Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.” “Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.” “Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”.
Sumber: dudung.net
Sabtu, 14 April 2012
Materi Pelatihan Kerajinan Bambu Kab. Tana Toraja
Tanaman
bambu (Graminae) adalah tanaman yang banyak terdapat di Negara tropis dan mampu
tumbuh dalam kondisi tanah bagaimanapun, dengan ketinggian antara 50 - 1000
Meter di atas permukaan laut. Sedangkan jenisnya beraneka ragam, sehingga
pemanfaatan dari tiap jenis bambu dapat di beda-bedakan, karena masing-masing
jenis mempunyai sifat dan kemampuan yang berbeda.
Masalah
yang dihadapi dalam pengolahan bambu adalah kesulitan dalam menanggulangi agar bambu
tetap awet dan dapat terhindar dari kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangga dan cendawan. Oleh karena itu bambu yang digunakan sebagai bahan
kerajinan, sedapat mungkin diproses secara baik dan teliti.
Disamping
itu problematika lain yang dihadapi adalah peningkatan sistem produk yang
ditunjang oleh tenaga kerja yang terampil dan peralatan yang memadai serta perlu
peningkatan desain produk, sehingga dapat menunjang kelancaran operasional,
distribusi dan pemasaran.
I. PROSES PENGAWETAN BAMBU
Pengawetan
adalah suatu pengerjaan terhadap suatu bahan yang merupakan usaha untuk membuat
bahan tersebut dapat dipakai dalam keadaan baik dan dalam waktu yang lama.
Penyebab
utama kerusakan-kerusakan barang dari bambu adalah disebabkan karena bambu
mengandung minyak bambu (minyak osing) atau pati (albumen) yang disenangi oleh
serangga perusak yang dapat menyebabkan kelapukan.
Jadi
usaha pengawetan bambu yang dapat dilakukan adalah dengan mengusahakan
keluarnya getah/minyak bambu dari daging bambu atau memasukkan racun/bahan
racun terhadap serangga perusak bambu dari macam-macam bahan kimia.
Keuntungan-keuntungan
terhadap bambu yang telah dikeluarkan getah atau minyak osingnya dari daging bambu
adalah :
- Bambu menjadi indah/cemerlang dan cukup kering
- Daya lenting tinggi dan tidak mudah patah
- Mempermudah pengerjaan selanjutnya seperti : pemucatan (pemutihan), dan pewarnaan
Cara-cara
yang ditempuh untuk mengeluarkan getah bambu/minyak osing dari daging bambu,
diantaranya :
1.
Perendaman
dalam air sungai, kolam, atau lumpur.
Dalam
perendaman, bambu diatur sedemikian rupa sehingga bambu terendam secara
sempurna, dan selama perendaman minyak bambu akan diusir keluar, zat pati akan
larut sehingga bambu menjadi tahan terhadap bubuk perusak bambu.
Perendaman
dalam air sungai dilakukan dengan bagian pangkal bambu diarahkan kebagian hulu
sungai. Waktu yang diperlukan untuk perendaman ini kira-kira 7-12 hari. Warna
kulit bambu akan sedikit berubah tetapi setelah kering perubahan itu tidak
terlalu nyata. Sebelum dikeringkan kulit bambu terlebih dahulu digosok dengan
sekam, goni atau alat penggosok lain untuk membersihkan kotoran dan
mengkilapkan kulit bambu. Perendaman yang lebih lama akan baik hasilnya.
2.
Perebusan
Penghilangan
getah bambu dengan cara direbus bisa lebih cepat dari pada perendaman tetapi
tentu saja memerlukan ukuran panjang tertentu yang sekiranya bak perebusannya
mencukupi. Dengan efek panas maka getah bambu akan diusir keluar, disamping itu
permukaan kulit bambu akan mudah digosok sehingga bersih. Perebusan dilakukan
sampai mendidih 1,5 - 2 jam. Dalam keadaan panas kulit bambu segera digosok
dengan sekam, sabut kelapa atau alat lain yang sesuai.
3.
Pengawetan
dengan bahan kimia NaOH (Natrium Hidroksida)
Pengawetan
dengan Natrium Hidroksida adalah pengawetan secara kimia yang juga bertujuan
untuk mengeluarkan minyak bambu. Minyak bambu akan lebih cepat keluar apabila
direbus dalam larutan alkali. Konsentrasi larutan yang dapat dianjurkan adalah
11,385 gram soda api setiap 18,05 liter air atau mudahnya 0,631 gr/liter. Dalam
praktek dapat digunakan antara 0,5 - 1 gr/liter dengan waktu 10 - 30 menit. Bambu
yang diawetkan dipotong-potong sehingga dapat masuk kedalam bak perebus.
Bak
perebus diisi dahulu dengan larutan NaOH (soda api) lalu dipanaskan hingga
mendidih.
Sesudah
mendidih bambu dimasukkan dan suhu akan turun, tunggu kembali mendidih dan lama
perebusan dihitung dari sesudah mendidih kembali.
Dalam
hal perebusan perlu diperhatikan :
- Nyala api harus konstan sehingga air dari larutan selalu dalam keadaan mendidih. Api sedapat mungkin diletakkan pada - bagian panjang bak supaya ada sirkulasi/aliran larutan karena pengaruh perbedaan panas.
- Saluran bambu harus terendap bahan perebus
- Bambu perlu dibolak–balik untuk menjaga kerataan masuknya bahan kimia kedalam daging bambu.
- Harus digunakan pelindung bagi pekerja, misalnya : sarung tangan dan lain-lain.
- Setelah perebusan, bambu perlu digosok . untuk itu dilakukan sewaktu panas.
- Setelah selesai digosok perlu dicuci lagi dengan air tawar, sehingga kulit luar bersih dari sisa-sisa larutan. Pengeringan dapat dilakukan dibawah sinar matahari langsung, tetapi harus dibolak-balik supaya semua permukaan terkena sinar matahari. Diperlukan waktu kira-kira 5 hari, pemotongan maupun pembelahan sebaiknya menunggu sampai kering.
4.
Pengawetan
dengan Na2Co2 (Natrium Carbonat)
Tujuan
pengawetan dengan Natrium Carbonat sama dengan pengawetan dengan Natrium
Hidroksida. Tetapi Natrium Hidroksida lebih merusak kulit dari pada Natrium
Carbonat. Konsentrasi yang dianjurkan adalah 15,18 gr setiap 18,05 liter air
atau 0,925 gr/liter air. Dalam praktek dapat dilakukan perebusan dengan 1 gram
soda abu setiap liter air selama 10 - 60 menit.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sama dengan perebusan dengan NaOH (Natrium Hidroksida)
II. PEMUCATAN (PEMUTIHAN)
Pemucatan
atau pemutihan adalah memperlakukan atau merubah barang yang semula berwarna
(tidak putih atau kotor) menjadi putih (pucat/bersih).
1. Peralataan
yang dipergunakan :
- Bak perendaman (terbuat dari semen/kayu/plastik)
- Pengaduk (kayu/plastik)
- Pemberat (batu/kayu) bertujuan untuk menekan supaya benda jangan muncul keatas permukaan air.
- Timbangan
- Gelas ukur/literan.
2. Bahan-bahan
kimia yang digunakan :
- Kaporit atau Ca (OCI)2
- Soda abu (Natrium Carbonat) atau Na2CO3
- Asam Clorida atau HCL
- Natrium Bisulfit atau NaHSO3
3. Cara
kerja :
- Buat larutan 8 - 15 gram kaporit dalam 250 ml air, jika perlu disaring hingga bebas dari kotoran. (100 gram kaporit untuk 10 liter air)
- Buat larutan 1 gram soda abu (Na2CO3) dalam 250 ml air (panas atau dingin)
- Campurkan kedua larutan tersebut diatas dalam suatu wadah/bak, kemudian tambahkan air hingga larutan menjadi 1 liter, aduk sampai larutan merata.
- Iradam bambu dimasukkan ke dalam bak yang berisi larutan pemucat, dibolak-balik hingga merata dan diusahakan agar semua iradam bambu terendam (gunakan pemberat). Rendam selama kurang lebih 2 jam sambil sering dibolak-balik kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air.
- Direndam dalam larutan Asam Chlorida (0,5-1,0 ml Asam Clorida dalam 1 Liter air) selama kurang lebih 15 menit sambil dibolak-balik kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air.
- Direndam dalam larutan Natrium Bisulfit (1 gram dalam 1 liter air) selama kurang lebih 15 menit sambil dibolak-balik , kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air. Perlakuan ini biasa disebut dengan pengerjaan Anticlor
- Dinetralkan dan dicuci dengan larutan soda api (0,5 gram soda api dalam 1 liter air)
- Dicuci bersih dengan air. Dikeringkan ditempat teduh dan terlindung (diangin-anginkan) sampai kering.
III. PEWARNAAN
Pewarnaan
adalah memberikan warna yang baik pada iradam, agar supaya barang kerajinan
yang dibuat dapat lebih indah dan menarik.
1. Peralatan
yang digunakan :
a.
Bak perebusan (logam)
b.
Pemanas (kompor)
c.
Pengaduk
d.
Thermometer
2. Bahan-bahan
pewarna dan pembantu yang digunakan :
a.
Bahan pewarna direk
b.
Soda abu
c.
Garam dapur
d.
air
3. Cara
kerja
- Larutkan 5-10 gram bahan pewarna direk kedalam 1 liter air besih. Panaskan pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius sambil diaduk, sampai semua bahan pewarna larut dengan sempurna
- Masukkan iradam bambu yang telah dicuci kedalamnya, diaduk dan dibolak-balik sampai iradam bambu berwarna merata sambil terus dipanasi selama kurang lebih 60 menit pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius
- Masukkan iradam bambu dari larutan pewarna. Masukkan kedalamnya kurang lebih 5 gram soda abu yang telah dilarutkan dengan sedikit air, aduk sampai merata. Kemudian iradam bambu dimasukkan kembali kedalam larutan pewarna yang telah mengandung soda abu tersebut. Panaskan terus sambil sering dibolak-balik pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius selama 30 menit
- Angkat iradam bambu dari larutan pewarna. Masukkan kedalam larutan pewarna tersebut 25-50 gram garam dapur, aduk sampai larut semua. Iradam bambu dimasukkan kembali kedalam larutan pewarna bergaram tersebut. Panaskan terus sambil dibolak-balik selama 30 menit pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius.
- Iradam bambu diangkat,cuci dengan air sampai bersih. Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan) sampai kering.
PEWARNAAN
DENGAN BAHAN PEWARNA BASIS (PEWARNA BASAH)
1. Peralatan
yang digunakan :
a.
Bak perebusan (logam)
b.
Pemanas (kompor)
c.
Pengaduk
d.
Thermometer
2. Bahan
pewarna dan bahan pembantu yang digunakan :
a.
Bahan pewarna basis
b.
Asam cuka (konsentrasi asam cuka botol
hanya 25% jadi harus lipat dua kali, dan fungsinya sebagai penguat)
c.
air
3. Cara
kerja :
- Larutkan 5-10 gram bahan pewarna basis dalam 1 liter air. Panaskan hingga suhunya mencapai 80 derajat Celsius dan aduk sampai larut merata
- Masukkan iradam bambu yang telah dicuci kedalam larutan tersebut , bolak balik sambil terus dipanasi pada suhu 90 derajat Celsius selama kurang lebih 60 menit
- Iradam bambu diangkat, tambahkan kedalam larutan tersebut sebanyak 5 ml asam cuka dan diaduk sampai larut sempurna. Masukkan kembali iradam bambu kedalamnya, panaskan terus sambil bolak-balik selama 15 menit pada suhu 80 derajat Celsius
- Iradam bambu diangkat, dicuci dengan air sampai bersih. Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan) sampai kering.
By :
(Drs.
Enos Lody)
Pelatihan Kerajinan Anyaman Lidi, Kelurahan Sarira, Kec. Makale Utara
DOKUMENTASI PELATIHAN KERAJINAN LA'KA'
Salah satu Produk Kerajinan Tangan di Kelurahan Sarira yaitu Kerajinan Anyaman Lidi yang dalam bahasa Toraja dikenal dengan anyaman La'ka'. Kerajinan ini merupakan kerajinan yang sudah turun temurun di lingkungan sarira, dimana ada puluhan warga masyarakat disekitar objek wisata TILANGA yang membuat anyaman lidi tersebut walaupun pada dasarnya mereka membuat anyaman tersebut sebagai kegiatan Sampingan.
Peserta Pelatihan ~ KUB. La'ka' MAUPA Sarira
Diberdayakan oleh Blogger.