Jl. Pongtiku No. 120 Blok C Lt. 2, Tlp./Fax (0423) 22622 Makale

TORAYA MAELO 2017

Info Seputar Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Tana Toraja

Sabtu, 14 April 2012

Materi Pelatihan Kerajinan Bambu Kab. Tana Toraja

- TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAMBU -



PENDAHULUAN
Tanaman bambu (Graminae) adalah tanaman yang banyak terdapat di Negara tropis dan mampu tumbuh dalam kondisi tanah bagaimanapun, dengan ketinggian antara 50 - 1000 Meter di atas permukaan laut. Sedangkan jenisnya beraneka ragam, sehingga pemanfaatan dari tiap jenis bambu dapat di beda-bedakan, karena masing-masing jenis mempunyai sifat dan kemampuan yang berbeda.
Masalah yang dihadapi dalam pengolahan bambu adalah kesulitan dalam menanggulangi agar bambu tetap awet dan dapat terhindar dari kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga dan cendawan. Oleh karena itu bambu yang digunakan sebagai bahan kerajinan, sedapat mungkin diproses secara baik dan teliti.
Disamping itu problematika lain yang dihadapi adalah peningkatan sistem produk yang ditunjang oleh tenaga kerja yang terampil dan peralatan yang memadai serta perlu peningkatan desain produk, sehingga dapat menunjang kelancaran operasional, distribusi dan pemasaran.

I.       PROSES PENGAWETAN BAMBU
Pengawetan adalah suatu pengerjaan terhadap suatu bahan yang merupakan usaha untuk membuat bahan tersebut dapat dipakai dalam keadaan baik dan dalam waktu yang lama.
Penyebab utama kerusakan-kerusakan barang dari bambu adalah disebabkan karena bambu mengandung minyak bambu (minyak osing) atau pati (albumen) yang disenangi oleh serangga perusak yang dapat menyebabkan kelapukan.
Jadi usaha pengawetan bambu yang dapat dilakukan adalah dengan mengusahakan keluarnya getah/minyak bambu dari daging bambu atau memasukkan racun/bahan racun terhadap serangga perusak bambu dari macam-macam bahan kimia.
Keuntungan-keuntungan terhadap bambu yang telah dikeluarkan getah atau minyak osingnya dari daging bambu adalah :
  1. Bambu menjadi indah/cemerlang dan cukup kering
  2. Daya lenting tinggi dan tidak mudah patah
  3. Mempermudah pengerjaan selanjutnya  seperti : pemucatan (pemutihan), dan pewarnaan
Cara-cara yang ditempuh untuk mengeluarkan getah bambu/minyak osing dari daging bambu, diantaranya :
1.      Perendaman dalam air sungai, kolam, atau lumpur.
Dalam perendaman, bambu diatur sedemikian rupa sehingga bambu terendam secara sempurna, dan selama perendaman minyak bambu akan diusir keluar, zat pati akan larut sehingga bambu menjadi tahan terhadap bubuk perusak bambu.
Perendaman dalam air sungai dilakukan dengan bagian pangkal bambu diarahkan kebagian hulu sungai. Waktu yang diperlukan untuk perendaman ini kira-kira 7-12 hari. Warna kulit bambu akan sedikit berubah tetapi setelah kering perubahan itu tidak terlalu nyata. Sebelum dikeringkan kulit bambu terlebih dahulu digosok dengan sekam, goni atau alat penggosok lain untuk membersihkan kotoran dan mengkilapkan kulit bambu. Perendaman yang lebih lama akan baik hasilnya.

2.      Perebusan
Penghilangan getah bambu dengan cara direbus bisa lebih cepat dari pada perendaman tetapi tentu saja memerlukan ukuran panjang tertentu yang sekiranya bak perebusannya mencukupi. Dengan efek panas maka getah bambu akan diusir keluar, disamping itu permukaan kulit bambu akan mudah digosok sehingga bersih. Perebusan dilakukan sampai mendidih 1,5 - 2 jam. Dalam keadaan panas kulit bambu segera digosok dengan sekam, sabut kelapa atau alat lain yang sesuai.

3.      Pengawetan dengan bahan kimia NaOH (Natrium Hidroksida)
Pengawetan dengan Natrium Hidroksida adalah pengawetan secara kimia yang juga bertujuan untuk mengeluarkan minyak bambu. Minyak bambu akan lebih cepat keluar apabila direbus dalam larutan alkali. Konsentrasi larutan yang dapat dianjurkan adalah 11,385 gram soda api setiap 18,05 liter air atau mudahnya 0,631 gr/liter. Dalam praktek dapat digunakan antara 0,5 - 1 gr/liter dengan waktu 10 - 30 menit. Bambu yang diawetkan dipotong-potong sehingga dapat masuk kedalam bak perebus.
Bak perebus diisi dahulu dengan larutan NaOH (soda api) lalu dipanaskan hingga mendidih.
Sesudah mendidih bambu dimasukkan dan suhu akan turun, tunggu kembali mendidih dan lama perebusan dihitung dari sesudah mendidih kembali.
Dalam hal perebusan perlu diperhatikan :
  1. Nyala api harus konstan sehingga air dari larutan selalu dalam keadaan mendidih. Api sedapat mungkin diletakkan pada -  bagian panjang bak supaya ada sirkulasi/aliran larutan karena pengaruh perbedaan panas.
  2.  Saluran bambu harus terendap bahan perebus
  3. Bambu perlu dibolak–balik untuk menjaga kerataan masuknya bahan kimia kedalam daging bambu.
  4. Harus digunakan pelindung bagi pekerja, misalnya : sarung tangan dan lain-lain.
  5. Setelah perebusan, bambu perlu digosok . untuk itu dilakukan sewaktu panas.
  6. Setelah selesai digosok perlu dicuci lagi dengan air tawar, sehingga kulit luar bersih dari sisa-sisa larutan. Pengeringan dapat dilakukan dibawah sinar matahari langsung, tetapi harus dibolak-balik supaya semua permukaan terkena sinar matahari. Diperlukan waktu kira-kira 5 hari, pemotongan maupun pembelahan sebaiknya menunggu sampai kering.

4.      Pengawetan dengan Na2Co2 (Natrium Carbonat)
Tujuan pengawetan dengan Natrium Carbonat sama dengan pengawetan dengan Natrium Hidroksida. Tetapi Natrium Hidroksida lebih merusak kulit dari pada Natrium Carbonat. Konsentrasi yang dianjurkan adalah 15,18 gr setiap 18,05 liter air atau 0,925 gr/liter air. Dalam praktek dapat dilakukan perebusan dengan 1 gram soda abu setiap liter air selama 10 - 60 menit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sama dengan perebusan dengan NaOH (Natrium Hidroksida)


II.    PEMUCATAN (PEMUTIHAN)
Pemucatan atau pemutihan adalah memperlakukan atau merubah barang yang semula berwarna (tidak putih atau kotor) menjadi putih (pucat/bersih).
1.      Peralataan yang dipergunakan :
  • Bak perendaman (terbuat dari semen/kayu/plastik)
  • Pengaduk (kayu/plastik)
  • Pemberat (batu/kayu) bertujuan untuk menekan supaya benda jangan muncul keatas permukaan air.
  • Timbangan
  • Gelas ukur/literan.
2.      Bahan-bahan kimia yang digunakan :
  • Kaporit atau Ca (OCI)2
  • Soda abu (Natrium Carbonat) atau Na2CO3
  • Asam Clorida atau HCL
  • Natrium Bisulfit atau NaHSO3
3.      Cara kerja :
  1. Buat larutan 8 - 15 gram kaporit dalam 250 ml air, jika perlu disaring hingga bebas dari kotoran. (100 gram kaporit untuk 10 liter air)
  2. Buat larutan 1 gram soda abu (Na2CO3) dalam 250 ml air (panas atau dingin)
  3. Campurkan kedua larutan tersebut diatas dalam suatu wadah/bak, kemudian tambahkan air hingga larutan menjadi 1 liter, aduk sampai larutan merata.
  4.  Iradam bambu dimasukkan ke dalam bak yang berisi larutan pemucat, dibolak-balik hingga merata dan diusahakan agar semua iradam bambu terendam (gunakan pemberat). Rendam selama kurang lebih 2 jam sambil sering dibolak-balik kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air.
  5. Direndam dalam larutan Asam Chlorida (0,5-1,0 ml Asam Clorida dalam 1 Liter air) selama kurang lebih 15 menit sambil dibolak-balik kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air.
  6. Direndam dalam larutan Natrium Bisulfit (1 gram dalam 1 liter air) selama kurang lebih 15 menit sambil dibolak-balik , kemudian diangkat dan dicuci bersih dengan air. Perlakuan ini biasa disebut dengan pengerjaan Anticlor
  7. Dinetralkan dan dicuci dengan larutan soda api (0,5 gram soda api dalam 1 liter air)
  8. Dicuci bersih dengan air. Dikeringkan ditempat teduh dan terlindung (diangin-anginkan) sampai kering.

III.    PEWARNAAN
Pewarnaan adalah memberikan warna yang baik pada iradam, agar supaya barang kerajinan yang dibuat dapat lebih indah dan menarik.
1.      Peralatan yang digunakan :
a.      Bak perebusan (logam)
b.      Pemanas (kompor)
c.       Pengaduk
d.     Thermometer
2.      Bahan-bahan pewarna dan pembantu yang digunakan :
a.      Bahan pewarna direk
b.      Soda abu
c.       Garam dapur
d.     air
3.      Cara kerja
  1. Larutkan 5-10 gram bahan pewarna direk kedalam 1 liter air besih. Panaskan pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius sambil diaduk, sampai semua bahan pewarna larut dengan sempurna
  2. Masukkan iradam bambu yang telah dicuci kedalamnya, diaduk dan dibolak-balik sampai iradam bambu berwarna merata sambil terus dipanasi selama kurang lebih 60 menit pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius
  3. Masukkan iradam bambu dari larutan pewarna. Masukkan kedalamnya kurang lebih 5 gram soda abu yang telah dilarutkan dengan sedikit air, aduk sampai merata. Kemudian iradam bambu dimasukkan kembali kedalam larutan pewarna yang telah mengandung soda abu tersebut. Panaskan terus sambil sering dibolak-balik pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius selama 30 menit
  4. Angkat iradam bambu dari larutan pewarna. Masukkan kedalam larutan pewarna tersebut 25-50 gram garam dapur, aduk sampai larut semua. Iradam bambu dimasukkan kembali kedalam larutan pewarna bergaram tersebut. Panaskan terus sambil dibolak-balik selama 30 menit pada suhu 60 derajat Celsius hingga 80 derajat Celsius.
  5. Iradam bambu diangkat,cuci dengan air sampai bersih. Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan) sampai kering.
PEWARNAAN DENGAN BAHAN PEWARNA BASIS (PEWARNA BASAH)
1.      Peralatan yang digunakan :
a.      Bak perebusan (logam)
b.      Pemanas (kompor)
c.       Pengaduk
d.     Thermometer
2.      Bahan pewarna dan bahan pembantu yang digunakan :
a.      Bahan pewarna basis
b.      Asam cuka (konsentrasi asam cuka botol hanya 25% jadi harus lipat dua kali, dan fungsinya sebagai penguat)
c.       air
3.      Cara kerja :
  1. Larutkan 5-10 gram bahan pewarna basis dalam 1 liter air. Panaskan hingga suhunya mencapai 80 derajat Celsius dan aduk sampai larut merata
  2. Masukkan iradam bambu yang telah dicuci kedalam larutan tersebut , bolak balik sambil terus dipanasi pada suhu 90 derajat Celsius selama kurang lebih 60 menit
  3. Iradam bambu diangkat, tambahkan kedalam larutan tersebut sebanyak 5 ml asam cuka dan diaduk sampai larut sempurna. Masukkan kembali iradam bambu kedalamnya, panaskan terus sambil bolak-balik selama 15 menit pada suhu 80 derajat Celsius
  4. Iradam bambu diangkat, dicuci dengan air sampai bersih. Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan) sampai kering.

 By :
(Drs. Enos Lody)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Pelatihan Keterampilan Membatik

Pelatihan Keterampilan Membatik
Peserta Pelatihan